I Latar Belakang
Lingkungan
hidup terdiri dari 2 unsur yaitu unsur biotik dan unsur abiotik. Kedua unsur
ini sangatlah berperan aktif dalam lingkungan hidup. Dalam unsur abiotik
terdapat 3 komponen yaitu atmosfer (udara, iklim, cuaca, angin, suhu, dll.),
hidrosfer (samudra, laut, sungai, dll.), dan litosfer (tanah, batu-batuan,
bahan tambang, dll). Apa jadinya apabila udara di sekitar kita tercemar? Apa
jadinya jika di wilayah kita juga tercemar? Bagaimana pula jika tanah sudah tak
layak lagi untuk kita tinggali? Mungkin pada saat itu kita baru menyadari
betapa berartinya unsur abiotik dalam lingkungan hidup. Demikian pula pada
unsur biotik, tak kalah pentingnya. Yang termasuk golongan unsur ini adalah
kita manusia, hewan, dan tumbuhan. Apa jadinya jika hewan dan tumbuhan punah?
Kemungkinan kita akan kelaparan dan mati. Jadi apa salahnya jika kita mulai
sekarang menjaga bersama unsur-unsur lingkungan hidup dan merenungkannya. Untuk
itu kita harus menjaga kelestarian lingkungan hidup kita.
Pada kesempatan ini saya akan membuat
tulisan tentang “Lumpur Panas Lapindo” atau biasa disebut “Lumpur Lapindo”.
Lupur ini berada di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc. Yang terletak di
wilayah Dusun Balongnongo Desa Renokenongo,
Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Lumpur panas ini menyembur
sejak tanggal 29 Mei 2006. Dan menyebabkan sampai sekarang telah menenggelamkan
kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di
sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
II Tujuan
·
Mengetahui perkiraan penyebab terjadinya
semburan lumpur panas itu
·
Mengetahui zat yang terkandung dalam
lumpur lapindo
·
Mengetahui dampak positif dan negatif
dari semburan lumpur lapindo
·
Mengetahui upaya penanggulangan bencana
lumpur lapindo
III Pembahasan
Lumpur panas lapindo
atau biasa disebut lumpur lapindo terletak di lokasi pengeboran PT Lapindo
Brantas Inc, yang terletak di wilayah Dusun Balongnongo Desa Renokenongo
Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Semburan lumpur panas ini sudah
terjadi sejak tanggal 29 Mei 2006. Dan telah menenggelamkan pemukiman warga,
pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan sekitarnya.
Akibat kelalaian pihak PT. Lapindo ketika melakukan
pengeboran gas yang berlebih-lebihan mengakibatkan semburan lumpur panas yang
menggenangi berbagai wilayah di Sidoarjo, diantaranya Reno, Siring, Wangkal,
Jatirejo, Balongbendo, Balongnongo, dan Perum Anggun Sejahtera di Desa
Kedungbendo, Kabupaten Sidoarjo. Berbagai wilayah itu digenangi semburan luapan
lumpur panas, karena keteledoran pihak pengolah tambang minyak, pipa yang
seharusnya menguntungkan malah merugikan banyak orang yang berada di dekat
luapan lumpur panas yang terus menerus keluar dari perut bumi.
Penyebab terjadinya semburan Lumpur Panas
Lapindo
Pada awalnya PT Lapindo
Brantas akan melakukan pengeboran sumur Banjar Panji-1 di awal tahun 2006. Sumur tersebut direncanakan hingga
kedalaman 8500 kaki (2590 meter) untuk mencapai formasi Kujung (batu gamping).
Sumur tersebut akan dipasang casing (selubung bor) untuk mengantisipasi potensi
hilangnya lumpur dalam formasi dan masuknya fluida formasi tersebut ke dalam
sumur sebelum pengeboran menembus formasi Kujung.
Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan
pemboran ini dengan membuat design pengeboran yang salah. Mereka membuat design
dengan mengira zona pemboran mereka di zona Rembang dengan target pemborannya
adalah formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi
Kujung-nya.
Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh
batu gamping. Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal
mereka hanya menyentuh formasi Klitik. Batu gamping formasi Klitik sangat porous
(bolong-bolong). Akibatnya lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur formasi
Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu gamping formasi Klitik) atau circulation
loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan.
Akibat
dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi Pucangan berusaha menerobos
ke luar (terjadi kick). Mata bor berusaha ditarik tetapi terjepit
sehingga dipotong. Sesuai prosedur standard, operasi pemboran dihentikan,
perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup & segera
dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan
mematikan kick. Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi bertekanan
tinggi sudah terlanjur naik ke atas sampai ke batas antara open-hole
dengan selubung di permukaan (surface casing) 13 3/8 inchi. Di kedalaman
tersebut, diperkirakan kondisi geologis tanah tidak stabil & kemungkinan
banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yang bisa sampai ke
permukaan. Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui
lubang sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi
akan berusaha mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu melewati rekahan alami
tadi dan berhasil. Inilah mengapa surface blowout terjadi di berbagai
tempat di sekitar area sumur, bukan di sumur itu sendiri.
Zat
– zat kimia yang terkandung dalam Lumpur Panas Lapindo
Menurut hasil pengujian
di tiga laboratorium, menyatakan bahwa Lumpur Lapindo mengandung zat – zat yang
berbahaya bagi kelangsungan makhlik hidup. Antar lain :
Parameter
|
Hasil
Uji
|
Arsen
|
0,045 Mg/L
|
Barium
|
1,066 Mg/L
|
Boron
|
5,097 Mg/L
|
Timbal
|
0,05 Mg/L
|
Raksa
|
0,004 Mg/L
|
Sianida
Bebas
|
0,02 Mg/L
|
Trichlorophenol
|
0,017 Mg/L
|
Persamaan kimia adalah
lambang-lambang yang menyatakan suatu reaksi kimia. Sedangkan reaksi
kimia adalah suatu proses dimana zat-zat baru yaitu hasil reaksi,
terbentuk dari beberapa zat aslinya yang disebut pereaksi. Salah satu reaksi
kimia dari lumpur lapindo pada timbal adalah Reaksi Kombinasi,
yaitu reaksi dua atau lebih zat (baik unsur atau senyawa) yang bereaksi
membentuk satu hasil reaksi. Salah satu jenis reaksi kombinasi:
Timbal + Oksigen + Air ———>> Hidroksida Timbal2PB(s) + O2(g) + 2H2O(l) —–>> 2Pb(OH)2(s)
Di atas adalah salah satu pengelompokan logam
berat yaitu Logam-logam yang dengan mudah mengalami reaksi kimia bila
bertemu dengan juga dengan unsur oksigen atau disebut juga dengan
oxygen-seeking metal. Niebor dan Richardson menggunakan istilah logam
berat untuk menggantikan pengelompokan ion-ion logam ke dalam kelompok biologi
dan kimia (bio-kimia).
Dampak
dari bencana Lumpur Panas Lapindo
Dampak Negatif
Semburan
lumpur panas yang mengeluarkan lumpur setiap harinya. Volume lumpur semakin
hari semakin banyak, sehingga lumpur meluber kemana-mana. Hal ini menyebabkan
kerugian besar yaitu :
- Banyak petani kehilangan ladangnya, sawah yang terendam tidak dapat ditanami kembali karena tidak subur lagi.
- Banyak rumah penduduk yang terendam lumpur panas, rumah yang terendam tidak dapat ditempati lagi.
- Banyak sektor pendidikan terancam lumpur sehingga para siswa dipindahkan ke sekolah yang aman dari luberan lumpur.
- Banyaknya industri yang tutup, misalnya pabrik minuman, pabrik minyak wangi, pabrik kerupuk, pabrik payung tradisional, pabrik sabun, pabrik jam, dan industri yang lain.
- Banyak pengangguran, akibat semburan lumpur pabrik-pabrik ditutup karena takut adanya kebakaran di lumpur panas.
- Bau gas yang berasal dari lumpur panas membuat sesak nafas, dan kerusakan di saluran pernafasan.
- Banyak timbul penyakit – penyakit baru yang dikarenakan keracunan zat – zat kimia yang terkandung dalam lumpur lapindo.
- Perekonomian menjadi turun
Dampak Positif
Semburan lumpur panas
itu tidah hanya menimbulkan dampak negative, tetapi ada juga dampak positif
yang ditimbulkan. Antara lain :
1. Lumpur yang sudah dingin dimanfaatkan
oleh beberapa warga untuk membuat batu bata sebagai bahan bangunan, karena batu
bata yang dihasilkan berkualitas baik.
2. Tanggul yang digunakan untuk menahan
lumpur, dipakai sebagai tempat wisata yang digunakan wisatawan untuk melihat semburan lumpur
tersebut.
3.
Logam – logam yang terkandung dalam
lumpur lapindo seperti
seng, natrium, lantanida, merkuri, timbal dan lainnya
dimanfaatkan oleh empat mahasiswa Universitas
Negeri Semarang untuk membuat batu batrai kering, yang
mempunyai kemampuan yang cukup baik.
4.
Menggunakan lumpur lapindo dalam
pembuatan bangunan dapat mencegah pengerusakan bangunan akibat gempa.
Upaya
Penanggulangan Bencana Lumpur Panas Lapindo
Sejumlah upaya telah dilakukan untuk menanggulangi luapan
lumpur, diantaranya dengan membuat tanggul untuk membendung area genangan
lumpur. Namun demikian, lumpur terus menyembur setiap harinya, sehingga sewaktu-waktu
tanggul dapat jebol, yang mengancam tergenanginya lumpur pada permukiman di
dekat tanggul.
Ada juga terdapat tiga cara awal untuk menghentikan semburan
lumpur
1. Menghentikan
luapan lumpur dengan menggunakan snubbing unit pada sumur Banjar Panji-1.
Snubbing unit adalah suatu sistem peralatan bertenaga hidraulik yang
umumnya digunakan untuk pekerjaan well-intervention & workover
(melakukan suatu pekerjaan ke dalam sumur yang sudah ada). Snubbing unit
ini digunakan untuk mencapai rangkaian mata bor seberat 25 ton dan panjang 400
meter yang tertinggal pada pemboran awal. Diharapkan bila mata bor tersebut
ditemukan maka ia dapat didorong masuk ke dasar sumur (9297 kaki) dan kemudian
sumur ditutup dengan menyuntikan semen dan lumpur berat. Akan tetapi skenario
ini gagal total. Rangkaian mata bor tersebut berhasil ditemukan di kedalaman
2991 kaki tetapi snubbing unit gagal mendorongnya ke dalam dasar sumur.
2. Dilakukan dengan cara melakukan
pengeboran miring (sidetracking) menghindari mata bor yang tertinggal
tersebut. Pengeboran dilakukan dengan menggunakan rig milik PT Pertamina.
Skenario kedua ini juga gagal karena telah ditemukan terjadinya kerusakan
selubung di beberapa kedalaman antara 1.060-1.500 kaki, serta terjadinya
pergerakan lateral di lokasi pemboran BJP-1. Kondisi itu mempersulit
pelaksanaan sidetracking. Selain itu muncul gelembung-gelembung gas bumi
di lokasi pemboran yang dikhawatirkan membahayakan keselamatan pekerja,
ketinggian tanggul di sekitar lokasi pemboran telah lebih dari 15 meter dari
permukaan tanah sehingga tidak layak untuk ditinggikan lagi. Karena itu,
Lapindo Brantas melaksanakan penutupan secara permanen sumur BJP-1.
3.
pada tahap ini, pemadaman lumpur
dilakukan dengan terlebih dulu membuat tiga sumur baru (relief well).
Tiga lokasi tersebut antara lain: Pertama, sekitar 500 meter barat daya Sumur
Banjar Panji-1. Kedua, sekitar 500 meter barat barat laut sumur Banjar Panji 1.
Ketiga, sekitar utara timur laut dari Sumur Banjar Panji-1. Sampai saat ini
skenario ini masih dijalankan.
IV
Kesimpulan
Banjir
Lumpur Panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo atau Lumpur Sidoarjo (Lusi) , adalah
peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di
Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal
27 Mei 2006, bersamaan dengan gempa berkekuatan 5,9 SR yang melanda Yogyakarta.
Semburan
lumpur panas selama beberapa tahun ini menyebabkan tergenangnya kawasan
permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta
mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
Refrensi